Terkait dengan pandangan Umum Fraksi PKB DKI di pripurna
tanggal 16 Juni 2015 bahwa Fraksi PKB memperjuangkan 3 hal yaitu: Kawasan
wisata religi,
pembangunan Central Kebudayaan Betawi dan memasukkan unsure silat betawi
pembangunan Central Kebudayaan Betawi dan memasukkan unsure silat betawi
Berikut penjelasan:
Pertama Penjabaran kawasan pariwisata religi menurut kami ini
sangat penting
di masukkan didalam perda DKI karna harus ada pengakuan pemerintah dalam hal ini pemprov DKI Jakarta, mereka yang telah dengan susah payah membangun Jakarta perannya sangat besar bahkan pertarungannya hidup dan mati. Kita PKB tidak hanya bicra sepihak terhadap tokoh/ pejuang dari kalangan Islam aja kita disini memperjuangkan seluruh pejuang siapapun yang berjuang untuk Jakarta harus kita akui. Beberapa hari yang lalu budayawan betawi bang Ridwan Saidi juga merilis nama bebrapa tokoh pejuang Jakarta yang makamnya tidak ketahuan lagi bahkan ada yang tidak keurus sampai tidak diketahui.
di masukkan didalam perda DKI karna harus ada pengakuan pemerintah dalam hal ini pemprov DKI Jakarta, mereka yang telah dengan susah payah membangun Jakarta perannya sangat besar bahkan pertarungannya hidup dan mati. Kita PKB tidak hanya bicra sepihak terhadap tokoh/ pejuang dari kalangan Islam aja kita disini memperjuangkan seluruh pejuang siapapun yang berjuang untuk Jakarta harus kita akui. Beberapa hari yang lalu budayawan betawi bang Ridwan Saidi juga merilis nama bebrapa tokoh pejuang Jakarta yang makamnya tidak ketahuan lagi bahkan ada yang tidak keurus sampai tidak diketahui.
Menurutnya dalam proses Islamisasi di
Betawi terdapat tujuh wali Betawi. Antara lain, Pangeran Darmakumala dan Kumpi
Datuk yang dimakamkan berdekatan, di tepi Kali Ciliwung, dekat Kelapa Dua,
Jakarta Timur. Kemudian Habib Sawangan, yang dimakamkan di depan Pesantren
Al-Hamidiyah, Depok. Pangeran Papak, dimakamkan di Jalan Perintis Kemerdekaan,
Jakarta Timur. Ema Datuk makamnya di Tanjung Kait, Mauk, Tangerang. Datuk
Ibrahim makamnya di Condet. Wali Ki Aling, tidak diketahui makamnya.
Kedua, pembngunan sentral
kebudayaan betawi di
setiap pintu kedatangan dan kepulangan orang masuk keluar Jakarta seperti
didaerah Kalideres Cengkareng untuk mereka yang menggunakan Transportasi udara,
daerah gambir atau Senen untuk mereka yang menggunakan Transportasi kereta Api
dan daerah Pulo Gadung atau Cakung untuk yang menggunakan Transportasi mobil
umum atau pribadi.menurut data kami bahwa setiap harinya terdapat hamper +/- 6,96 juta perjalanan yang masuk dan keluar Jakarta, ini
potensi yang harus dibidik. Konsep yang kita tawarkan kepada pihak pemprov
yaitu kerjasama mitra dengan swasta dalam pengelolaannya supaya ada partisipasi
masyarakat, kita sediakan souvenir, makanan khas Betawi, Pakaian Betawi dll
masih banyak lagi yang bisa kita gali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar